Pasti anda heran
melihat foto diatas, yah di Amerika Serikat tentara Amerika serikat boleh
berperang.
![]() |
Tentara Amerika Serikat |
BeritaNews, Internasional - Pemerintah AS kini sudah membolehkan perempuan
untuk berlaga di garis depan peperangan menjadi prajurit tempur. Bagi kalangan
pejuang hak-hak perempuan, ini adalah suatu terobosan karena selama ini kaum
hawa hanya dipandang sebelah mata di dunia kemiliteran. Jenjang karir mereka
tidak bisa berkembang seperti laki-laki lantaran tidak punya pengalaman
bertempur.
Diumumkan di Gedung Pentagon, Washington DC,
pada Kamis sore waktu setempat, Menteri Pertahanan Leon Panetta mengatakan
bahwa kebijakan ini sekaligus mencabut larangan resmi yang dibuat pada 1994
atas keikutsertaan perempuan di garis depan pertempuran.
Menhan Panetta rupanya sudah menampung banyak
keluhan dari para perempuan mengenai mandeknya karir mereka di kemiliteran.
"Saya secara fundamental yakin bahwa militer kita [AS] akan lebih efektif
bila kesuksesan semata-mata diukur dari kemampuan dan kualifikasi serta
kinerja," kata Panetta kepada para wartawan, seperti dikutip stasiun
berita BBC.
Dia mengumumkan kebijakan baru pemerintah itu
bersama dengan Ketua Gabungan Para Kepala Staf Militer AS, Jenderal Martin
Dempsey. Panetta mengingatkan kebijakan ini pantas dikeluarkan mengingat
perjuangan dan pengorbanan kaum perempuan Amerika di medan perang dalam
beberapa tahun terakhir sudah terbukti, terutama bersamaan dengan operasi
militer AS di Irak dan Afganistan.
"Mereka bertugas, mereka terluka, dan
mereka juga gugur bersama yang lain. Kini waktunya untuk mengakui realitas
itu," kata Panetta, sambil mengingatkan bahwa hingga kini 152 perempuan
Amerika yang berseragam tentara gugur di Irak dan Afganistan, walau mereka tidak
berlaga di garis depan.
Walau pemerintah sudah membolehkan, tidak
berarti para perempuan serta merta bisa langsung ikut dinas tempur di semua
kesatuan. Ada beberapa unit militer yang masih butuh proses beberapa tahun
untuk penyesuaian.
Beberapa kesatuan tahun ini sudah siap
menerima perempuan masuk ke unit tempur. Namun, ada beberapa satuan - terutama
pasukan elit seperti Navy Seals dan Delta Force - yang masih butuh waktu.
Namun, Menhan Panetta - yang tahun ini segera
pensiun - meminta semua petinggi militer untuk membuat laporan dan
menyerahkannya pada 15 Mei mendatang dalam penyesuaian proses menerima dan
mempersiapkan perempuan sebagai prajurit tempur. Panetta berharap semua
kesatuan bisa seluruhnya siap mulai 2016.
Beragam Tanggapan
Kebijakan ini disambut hangat oleh Presiden
Barack Obama, yang baru dilantik untuk periode kedua pada 20 Januari 2013. Dia
menyebutkan sebagai langkah yang bersejarah. "Terobosan ini mencerminkan
pengabdian yang berani dan patriotik kaum perempuan selama lebih dari dua ratus
tahun sejarah Amerika dan peran perempuan yang sangat diperlukan dalam militer
masa kini," lanjut Obama.
Terobosan yang diumumkan pemerintah itu tidak
lepas dari upaya hukum sejumlah perempuan berseragam militer dalam menuntut
keadilan untuk berkarya dan berkarir. Pada November 2012, empat perempuan
menggugat secara hukum Departemen Pertahanan soal larangan kaum hawa menjadi
prajurit tempur. Langkah itu dianggap inkonstitusional.
Salah seorang penggugat, Kapten Zoe Bedell,
mengaku bahwa larangan itu telah membuat dia tidak bisa melanjutkan jenjang
karir yang lebih tinggi sebagai personel Marinir AS. Selama perang di Irak dan
Afganistan, perempuan prajurit AS hanya bertugas sebagai tenaga pendukung,
entah itu personel medis, polisi militer dan staf intelijen.
Ada yang bekerja sampai ke garis depan
pertempuran, namun tidak secara resmi ditugaskan ke sana. Itulah mengapa karir
perempuan prajurit seperti Bedell tidak sampai berkembang, sedikit sekali dari
mereka yang bisa menjadi perwira tinggi berpangkat jenderal. Dari 1,4 juta
personel militer aktif AS, hanya 14% berjenis kelamin perempuan.
Hingga 2012, BBC mencatat, sudah lebih dari
800 perempuan prajurit AS yang luka-luka dan lebih dari 150 tewas di Irak dan
Afganistan. Salah satu yang luka fatal adalah Tammy Duckworth.
Kedua kakinya terpaksa diamputasi setelah
helikopter Black Hawk yang dia piloti ditembak jatuh oleh musuh saat berdinas
di Irak pada 2004. Pensiun dari dunia militer dengan pangkat terakhir Letnan
Kolonel, Duckworth sempat aktif di organisasi veteran perang sebelum akhirnya
sukses menjadi anggota DPR dan dilantik pada 3 Januari 2013.
Para perempuan prajurit AS tentu menyambut
baik kebijakan baru pemerintah mereka. Mayor Mary Hegar, pilot helikopter untuk
Garda Nasional Udara California, menyebutnya sebagai "lompatan jauh ke
depan."
Dia turut bergabung dalam kelompok American
Civil Liberties dalam menuntut pemerintah memberi kesempatan setara kepada
perempuan yang berdinas militer, termasuk menjadi prajurit tempur. Kini, Hegar
menunggu seberapa serius para jenderal dan komandan militer menindaklanjuti
keputusan dari Pentagon. "Akan ada penghalang-penghalang di masa
depan," lanjut Hegar, seperti dikutip kantor berita Reuters.
Namun tidak semua perempuan Amerika yang
senang dengan pengumuman pemerintah itu. Kelompok konservatif Concerned Women
for America Legislative Action Committee menilai langkah tersebut bisa
mengurangi kualitas militer dalam melindungi AS.
"Militer kita tidak bisa terus-terusan
memilih eksperimentasi sosial dan pembenaran politis di atas kesiapan
tempur," kata Penny Nance sebagai pemimpin kelompok.
Seorang perempuan yang menjadi perwira
Angkatan Laut AS, Suzanne Lachelier, mengingatkan bahwa tanpa diberi tugas
sebagai prajurit tempur, para kaum hawa yang bertugas di Afganistan dan Irak
sudah menjalani tugas yang berbahaya dan mempertaruhkan nyawa mereka.
"Banyak dari kami menjadi sasaran utama
musuh karena mereka ingin memutus pasokan logistik, sedangkan kaum kami
rata-rata bertugas sebagai supir truk maupun pilot pesawat pembawa logistik
yang harus terbang rendah. Itu tugas berbahaya yang membuat mereka jadi
target," kata Lachelier, yang berdinas di belakang meja sebagai konsultan
hukum di Angkatan Laut.
Sumber: Viva.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar